Bab 11 – Kelainan Kongenital Uterus

Bab 11 – Kelainan Kongenital Uterus

Ada banyak istilah umumnya digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis kelainan rahim:

1) Hipoplasia / Agenesis

2) Unicornuate Uterus

3) Uterus Didelphys

4) Bicornuate Uterus

5) Septate Uterus

6) Rahim Arkuata

7) Terkait obat Diethylstilbestrol

Pengembangan saluran reproduksi wanita

Diferensiasi seksual dimulai pada awal periode kehamilan janin ( saat ketika janin masih dalam kandungan ibunya ). Sistem genital pria dan wanita identik hingga minggu keenam kehidupan. Ada dua pasang saluran genital simetris, yaitu saluran mesonefrik ( Wolffian ) dan paramesonefrik ( Mullerian ). Saluran Wolffian bentuk dari sistem reproduksi pria dan saluran Mullerian adalah bentuk dari sistem reproduksi wanita. Pada embrio wanita, saluran Wolffian memulai untuk degenerasi tetapi memungkinkan maturasi saluran Mullerian. Kedua saluran Mullerian tumbuh dan melebur di tengah untuk menjadi rahim, ligamen dan tuba falopi. Kelainan kongenital uterus pada hal ini terjadi karena adanya kegagalan untuk menyelesaikan pemanjangan saluran bilateral, fusi, kanalisasi atau resorpsi septum saluran Mullerian.

1) Hipoplasia / Agenesis

Terjadi ketika rahim tidak ada. Mungkin ada atau tidak ada vagina.
Kondisi ini diketahui sebagai sindrom Rokitansky-Kuster-Hauser.

2) Unicornuate Uterus

Dapat terlihat ketika hanya satu sisi yang terbentuk saluran Mullerian. Rahim memiliki “bentuk penis” yang khas pada sistem pencitraan seperti USG atau MRI. Kadang terlihat seperti tanduk rudimenter (sederhana). Jika tanduk rudimenter memiliki rongga, pasien mungkin mengalami nyeri panggul unilateral siklikal, kedua dari pengumpulan darah di rongga dan tidak dapat mengalir keluar dari rahim. Kondisi seperti ini memiliki tingkat spontan aborsi dan kelahiran prematur yang tinggi.

Gambar 11.1(a) Unicornuate uterus
Gambar 11.1 (b) Unicornuate uterus dengan tanduk uterus non-komunikasi

3) Uterus Didelphys

Terbukti ketika kedua saluran Mullerian berkembang tetapi gagal untuk melebur, sehingga pasien memiliki “rahim ganda”. Ini merupakan suatu kondisi dengan serviks ganda dan partisi vagina. Pasien dengan kondisi seperti ini juga dapat mengalami insiden aborsi spontan dan kelahiran prematur yang tinggi.

Gambar 11.3 Bicornuate uterus

5) Septate Uterus

Terjadi ketika dua saluran Mullerian melebur, tetapi partisi diantara keduanya masih ada, membagi sistem menjadi dua bagian. Dengan septum vagina lengkap (g), serviks dan uterus dapat dipartisi. Biasanya septum mengenai hanya pada bagian atas dari uterus. Septum uterus merupakan malformasi uterus umum dan menyebabkan keguguran. Kondisi ini dapat dikoreksi oleh histeroskopi ( lihat bab 40 ).

Gambar 11.4 Septate Uterus

6) Rahim Arkuata

Terjadi ketika resorpsi septum uterovaginal yang hampir lengkap meninggalkan lekukan cekung ringan pada rongga endometrium, pada tingkat fundus, memberikan konfigurasi rahim arkuata (g).

Gambar 11.5 Rahim arkuata

7) Terkait obat Diethylstilbestrol (DES)

DES merupakan estrogen sintetis aktif secara oral yang diperkenalkan pada tahun 1940an yang digunakan untuk pengobatan dan keguguran berulang dan kelahiran prematur. Wanita yang terpapar pengobatan ini memiliki anak dengan kelainan rahim dan kelainan yang paling umum adalah rongga rahim yang berbentuk T. Kelainan yang lain termasuk rahim kecil, cincin penyempitan dan defek pengisian intrauterin. Obat ini telah dilarang digunakan untuk kehamilan sejak tahun 1971.

Prevalensi

Prevalensi ( insiden ) malformasi uterus diperkirakan sekitar 6.7% pada populasi umum. Sedikit lebih tinggi ( 7.3 % )pada populasi infertilitas, dan secara signifikan lebih tinggi pada populasi wanita dengan riwayat keguguran berulang ( 16 % ).

Penyebab

Dalam sebagian besar kasus, penyebab kelainan kongenital uterus tidak diketahui.

Tanda gejala

Banyak wanita dengan kelainan kongenital uterus tidak memiliki tanda gejala. Gejala terdeteksi ketika pemeriksaan USG rutin. Namun, beberapa tanda gejala yang mungkin dialami oleh wanita dengan kelainan rahim adalah :

1) Dismenore – Nyeri selama menstruasi

2) Keguguran berulang atau kelahiran prematur berulang

3) Amenore primer – tidak ada menstruasi sama sekali

1) Dismenore

Beberapa wanita karena kelainan rahim mungkin mengalami nyeri yang hebat ketika menstruasi. Terdapat beberapa penyebab dari dismenore ini. Wanita-wanita ini memiliki kecenderungan untuk mengembangkan endometriosis, dengan darah pada tuba falopi ( hematosalping ) dan kista endometriotik. Pada beberapa wanita dengan tanduk rudimenter dan rongga, terdapat pendarahan di rongga rudimenter tetapi tidak ada saluran keluar bagi darah menstruasi untuk mengalir keluar vagina. Ini menyebabkan nyeri panggul selama menstruasi.

2) Keguguran berulang atau kelahiran prematur berulang

Kelainan kongenital uterus juga lebih sering terlihat pada pasien karena keguguran berulang. Septate uterus adalah kelainan yang paling umum dan salah satunya dengan akibat reproduksi terburuk. Namun, kelainan ini adalah yang paling bisa menerima koreksi laparoskopi.

3) Amenore primer

Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seorang gadis/ remaja tidak memiliki menstruasi sama sekali. Hymen imperforata ( selaput dara imperforate ) merupakan kondisi sederhana yang mana tidak ada pembukaan di selaput dara dan darah menstruasi terkumpul di vagina. Kondisi ini dengan mudah dapat didiagnosis dengan melakukan scan USG dan selaput dara dapat di potong dengan 2 sayatan seperti bentuk silang ( sayatan meyilang ) untuk memperbaiki kondisi ini. Kondisi yang lainnya adalah sebagian atau seluruhnya tidak adanya vagina dan tidak adanya serviks. Hal ini merupakan masalah yang lebih kompleks.

Kasus 11.1 : Hamil anak kembar melalui program IVF pada seorang wanita dengan septum uterus yang lengkap

GWN, seorang wanita yang berusia 26 tahun, bertemu dengan saya pada tahun 2001 karena masalah infertilitas. Dia sudah 2 tahun menikah. Pemeriksaan dan USG menunjukkan garis tengah septum di vagina. Dia juga memiliki serviks ganda. Dia telah menjalani laparoskopi dan histeroskopi. Dia memiliki uterus tunggal memanjang melintang dengan garis tengah septum yang lengkap dan serviks ganda. Dia juga memiliki septum garis tengah lengkap ( Gambar 11.4 ). Kedua rongga uterus dapat dilihat dan memiliki ukuran dan kapasitas yang normal. Kedua tuba falopi adalah paten (g). Sayatan pada septum vagina telah dilakukan. Setelah operasi dia memiliki kesulitan untuk hamil. Dia menerima beberapa terapi clomiphene citrate untuk menginduksi ovulasi namun itu tidak berhasil. Dia menjalani 2 siklus inseminasi intrauterin (IUI) (g) tanpa adanya hasil juga. Pada tahun 2003 dia menjalani siklus fertilisasi in vitro ( IVF ). Satu embrio dipindahkan ke setiap rongga rahim dan dia hamil anak kembar. Dia menjalani operasi caesar elektif dan melahirkan sepasang bayi kembar , bayi laki-laki dan bayi perempuan pada tahun 2004.

Pembahasan

Karena pasien ini memiliki serviks ganda, garis tengah uterus lengkap dan 2 rongga uterus dengan ukuran dan kapasitas yang normal, sebuah pilihan / keputusan dibuat untuk tidak memotong septum uterus. Apabila dia hanya memiliki satu serviks dan septum garis tengah uterus, maka eksisi septum uterus akan menjadi pilihan untuk mengurangi insiden keguguran.

Kasus 11.2 : Eksisi tanduk rudimenter yang tidak berkomunikasi

KV, seorang wanita yang berusia 22 tahun yang belum pernah melakukan hubungan seks sebelumnya ( virgo intacta ), menunjukkan riwayat rasa nyeri setelah menstruasi selama 3 bulan. Dia mendapat menarch ( menars ) pada saat usianya 15 tahun dan tidak mengalami dismenore sebelumnya. Aliran menstruasi nya normal dan teratur. USG transabdominal menunjukkan massa kistik yang berukuran 2.80 x 3.16 cm pada sisi kanan, yang muncul seperti endometrioma kanan ( Gambar 11.11 ). Dia telah menjalani laparoskopi. pembengkakan seperti bola telah ditemukan melekat pada sisi kanan uterus ( Gambar 11.12 ). Ovarium dan tuba falopi normal. Tuba falopi kanan tampaknya muncul dari uterus dan tidak dari massa bundar ( globular ). Ada endometriosis minimal pada bagian belakang ( posterior ) rahim. Sebuah jarum telah digunakan untuk aspirasi massa dan cairan kecoklatan menyerupai endometriosis telah didapat. Dia didiagnosis dengan tanduk rahim yang tidak berkomunikasi. Dikarenakan saya tidak memiliki persetujuan untuk mengeluarkan tanduk uterus jadi saya tidak melanjutkan proses eksisi tanduk rudimenter.
Penemuan itu dibahas bersama pasien dan orang tuanya. Dia menjalani scan MRI ( magnetic resonance imaging ), yang secara jelas menunjukkan bahwa massa adalah tanduk rudimenter yang tidak berkomunikasi. Saya mendapatkan persetujuan untuk melakukan histeroskopi pada waktu operasi laparoskopi kedua. Histeroskopi telah dilakukan tanpa merusak selaput dara dan pewarna disuntikkan langsung ke ostium tuba kanan. Tuba paten yang ditemukan adalah tuba kanan. Kemudian tanduk uterus dipotong dan bagian yang cacat dijahit ( Gambar 11.2 dan Gambar 11.3 ). Pasca-operasi, dia baik-baik saja tanpa dismenore. ( simak video 11.2 Pemotongan tanduk rudimenter yang tidak berkomunikasi ).

Pembahasan

Ada banyak alasan karena mengalami nyeri / sakit pada saat menstruasi ( dismenore ). Pada pasien ini massa kistik terlihat pada USG transabdominal. Karena ovarium kanan tidak dapat divisualisasikan, dapat diasumsikan bahwa lesi adalah endometrioma. USG transvaginal dapat dengan jelas memperlihatkan ovarium kanan dan bahwa lesi ini bagian dari uterus dan bukan bagian dari ovarium. Ketika massa kistik terlihat pada USG, seseorang tidak dapat menarik kesimpulan bahwa itu berasal dari ovarium. Pada pasien virgo intacta dimana USG transvaginal tidak dapat dilakukan dan USG transvaginal dapat membuat kekeliruan, USG 3 D ataupun MRI dapat mengkonfirmasi diagnosis tanduk rudimenter yang tidak berkomunikasi.

Diagnosis

Diagnosis kelainan uterus dapat dilakukan dengan cara melakukan USG rutin. Uterus didelphys dan bicornuate uterus dapat dilihat dengan mudah melalui USG 2 D. Septate uterus dapat menjadi sulit untuk didiagnosis dengna USG 2 D tetapi dapat di konfirmasi oleh MRI atau USG 3 D ( terutama jika penambahan cairan di rongga dilakukan ketika melakukan USG 3 D ). Kadangkala, diagnosis kelainan uterus dapat dilakukan dengan HSG (histerosalpingogram). Histeroskopi diagnostik dapat juga mengkonfirmasi diagnosis kelainan uterus ( lihat Bab 40 ). sangatlah penting untuk dicatat bahwa wanita dengan kelainan uterus mungkin juga memiliki kelainan pada sistem ginjal seperti tidak adanya satu ginjal atau memiliki kelainan ginjal ataupun penempatan ginjal yang abnormal.

Gambar 11.6 USG 3 D menunjukkan septate uterus
Gambar 11.7 USG 3 D menunjukkan septate uterus
Gambar 11.8 histeroskopi menunjukkan septum uterus
Gambar 11.9 HSG menunjukkan bicornuate uterus
Gambar 11.10 Histeroskopi menunjukkan kornu kiri dan kanan dari bicornuate uterus
Gambar 11.11 USG menunjukkan tanduk rudimenter yang tidak berkomunikasi

Pengobatan / perawatan

Pengobatan / perawatan tergantung pada tanda gejala dari pasien. Banyak pasien dengan kelainan uterus tidak akan memerlukan perawatan sama sekali. Mereka akan dapat hamil spontan dan akan dapat membawa janin hingga mencapai bulan yang cukup dan bayi lahir secara normal. Meskipun demikian, operasi dapat diindikasikan pada kondisi berikut :

1) Dismenore

Pada pasien dengan rongga yang belum sempurna, operasi laparoskopi dapat dilakukan untuk mengangkat tanduk rudimenter. Pada pasien dengan tanduk rudimenter dimana tanduk rudimenter berkomunikasi dengan tuba falopi tetapi bukan dengan vagina, endometrioma dan hematosalping , dapat terjadi. Pada pasien seperti ini pengangkatan tanduk rahim akan dapat menyembuhkan penyakit.

Simak Video 11.2
Eksisi tanduk uterus yang tidak berkomunikasi
https://vimeo.com/159012375
Gambar 11.12 (a) tanduk rudimenter yang tidak berkomunikasi, (b) uterus, (c) ovarium kiri, (d) tuba kiri, (3) tuba kanan
Gambar 11.13 Uterus setelah eksisi tanduk rudimenter

2) Aborsi berulang atau kelahiran prematur berulang

Septum uterus merupakan kelainan kongenital pada rahim yang paling umum dan bisa menyebabkan aborsi berulang atau kelahiran prematur berulang. Penyebab lain adalah unicornuate uterus atau bicornuate uterus. Kondisi ini diperbaiki dengan operasi yang disebut metroplasti, di mana septum diangkat dengan cara laparoskopi atau dengan laparotomi dan rongga rahim dipersatukan. Operasi ini sekarang jarang dilakukan. Histeroskopi reseksi septum adalah pilihan operasi sekarang ( lihat Bab 40 – septoplasti )

Simak Video 11.1
Kelainan Kongenital Uterus
https://vimeo.com/159012013

Ringkasan

Banyak wanita dengan kelainan kongenital uterus tidak mengetahui bahwa mereka memiliki kondisi ini. Mereka tidak memiliki masalah medis atau ginekologis dan hamil serta melahirkan bayi secara normal. Kelainan ini dapat didiagnosis saat USG rutin. Namun pada pasien dengan keguguran yang berulang, kelahiran prematur atau infertilitas ( apabila didiagnosis dengan kondisi seperti itu ), operasi dapat dipertimbangkan. Pembedahan terbaik saat ini yang tersedia adalah Histeroskopi reseksi septum uterus. Dapat dilakukan dengan bantuan USG atau laparoskopi.

KONTENT

Copyrights © 2024 Selva’s Fertility, Obsterics & Gynaecology Clinic. All Rights Reserved.